Saturday, August 14, 2010

Sejarah Lambang


Lambang Palang Merah



Sebelum Lambang Palang Merah diadopsi sebagai lambang yang netral, untuk memberikan pertolongan kepada tentara yang terluka di medan perang, pada waktu itu setiap pelayanan medis kemiliteran memiliki tanda pengenal sendiri-sendiri dengan warna yang berbeda-beda. Austria misalnya menggunakan bendera putih, Perancis menggunakan bendera merah dan Spanyol menggunakan bendera kuning. Akibatnya , walaupun tentara tahu apa tanda pengenal personil medis   mereka, namun biasanya mereka tidak tahu apa tanda pengenal peronil medis lawan mereka. Pelayanan medis pun tidak dianggap sebagai pihak yang netral. Melainkan dipandang sebagai bagian dari kesatuan tentara, sehingga tanda pengenal tersebut bukannya memberi perlindungan namun juga dianggap sebagai target bagi tentara lawan yang tidak mengetahui apa artinya.



Lambat laun muncul pemikiran yang mengarah kepada pentingnya mengadopsi Lambang yang menawarkan Status Netral kepada mereka yang membantu korban luka dan menjamin bila perlindungan mereka yang membantu di medan perang. Kepentingan tersebut menuntut dipilihnya hanya satu lambang. Namun yang menjadi masalah kemudian , adalah memutuskan bentuk Lambang yang akan digunakan oleh personel medis sukarela di medan perang. Dalam suatu kurun waktu, ikat lengan berwarna putih dipertimbangkan sebagai salah satu kemungkinan. Namun, warna putih telah digunakan dalam konflik bersenjata oleh pembawa bendera putih tanda gencatan senjata, khususnya untuk menyatakan menyerah. Penggunaan warna putih pun dapat menimbulkan kebingungan sehingga perlu dicari suatu kemungkinan Lambang lainnya.



Delegasi dari Konferensi tahun 1863 akhirnya memilih Lambang Palang Merah di atas dasar putih, warna kebalikan dari bendera nasional Swiss ( Palang Putih di atas dasar merah ) sebagai bentuk penghormatan terhadap Negara Swiss. Selain itu, bentuk Palang Merah pun memberikan keuntungan teknis karena dinilai memiliki desain yang sederhana sehingga mudah dikenali dan mudah dibuat. Selanjutnya pada tahun 1863, Konferensi Internasionalbertemu di Jenewa dan sepakat mengadopsi Lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal perhimpunan bantuan bagi tentara yang luka yang nantinya menjadi Perhimpunan Nasional Palang Merah. Pada tahun 1864, Lambang Palang Merah di atas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata.



Lambang Bulan Sabit Merah



Delegasi dari Konferensi 1863 tidak memiliki sedikitpun niatan untuk menampilkan sebuah symbol kepentingan tertentu, dengan mengadopsi Palang Merah di atas dasar putih.  Namun pada tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja Kemanusiaan yang tertangkap oleh Kerajaan Ottoman (saat ini Turki) dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar Palang Merah. Ketika Kerajaan diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan mengenai kepekaan tentara kerajaan terhadap Lambang berbentuk palang dan mengajukan agar perhimpunan Nasional dan pelayanan medis militer mereka diperbolehkan untuk menggunakan Lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah. Gagasan ini perlahan-lahan mulai diterima dan memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk  “reservasi “ dan pada Konferensi Internasional tahun 1929 secara resmi diadopsi sebagai Lambang yang diakui dalam Konvensi, bersamaan dengan Lambang Singa dan Matahari Merah  di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh Persia (saat ini Iran). Tahun 1980, Rebuplik Iran memutuskan untuk tidak lagi menggunakan Lambang tersbut an memilih memakai Lambang Bulan Sabit Merah.



Perkembangan Lambang : Kristal Merah



Pada Konferensi Internasional yang ke-29 tahun 2006, sebuah keputusan penting lahir, yaitu diadopsinya Lambang Kristal Merah  sebagai Lambang keempat dalam Gerakan dan memiliki status yang sama dengan lambang lainnya yaitu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Konferensi Internasional yang mengesahkan Lambang Kristal Merah tersebut, mengadopsi Protokol Tambahan III tentang Penambahan Lambang Kristal Merah untuk gerakan, yang sudah disahkan sebelumnya pada Konfrensi Diplomatik tahun 2005. usulan membuat Lambang keempat, yaitu Kristal Merah, diharapkan dapat menjadi jawaban, ketika Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak bias digunakan dan masuk ke suatu wilayah konflik. Mau tidak mau, perlu disadari bahwa masih banyak pihak selain Gerakan yang menganggap bahwa Lambang terkait dengan symbol kepentingan tertentu.



Penggunaan Lambang Kristal Merah sendiri pada akhirnya memiliki dua pilihan yaitu :

1.     dapat digunakan secara penuh oleh suatu Perhimpunan Nasional, dalam arti mengganti Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang sudah digunakan sebelumnya.

2.     menggunakan Lambang Kristal Merah dalam waktu tertentu saja ketika Lambang lainnya tidak dapat diterima di suatu darah, artinya baik Perhimpunan Nasional, ICRC dan Federasi pun dapat menggunakan Lambang Kristal Merah dalam suatu operasi Kemanusiaan tanpa mengganti kebijakan merubah Lambang sepenuhnya.








Ketentuan Lambang



Bentuk dan Penggunaan



Ketentuan mengenai bentuk dan penggunaan Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ada dalam :

·         Konvensi Jenewa I pasal 38, 45

·         Konvensi Jenewa II pasal 41, 45

·         Protokol 1 Jenewa Tahun 1977

·         Ketetapan Konferensi Internasional Palang Merah XX tahun 1965

·         Hasil Kerja Dewan Delegasi Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional tahun 1991



Pada penggunaannya, penempatan Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tidak boleh sampai menyentuh pinggiran dan dasar putihnya. Lambang harus utuh dan tidak boleh ditambah lukisan,gambar atau tulisan. Pada Lambang Bulan Sabit Merah , arah menghadapnya ( ke kanan atau ke kiri ) tidak ditentukan, teserah kepada Perhimpunan yang menggunakannya.


No comments:

Post a Comment