Thursday, January 27, 2011

Health Highlights Panduan RJP AHA 2010: Dahulukan Kompresi Dada

The American Heart Association (AHA) mengeluarkan panduan untuk melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) terbaru. Rekomendasi terbaru menunjukkan bahwa penolong harus lebih berfokus pada kompresi dada ketimbang pernapasan buatan melalui mulut.
Panduan terdahulu (2005) menekankan pada penanganan “ABC” (Airway, Breathing, Chest Compression) yaitu dengan melakukan pemeriksaan jalan napas, melakukan pernapasan buatan melalui mulut, kemudian memulai kompresi dada. Panduan terbaru (2010) yang dikeluarkan oleh AHA lebih menekankan pada penanganan “CAB” (Chest Compression, Airway, Breathing) yaitu dengan terlebih dahulu melakukan kompresi dada, memeriksa jalan napas kemudian melakukan pernapasan buatan. Panduan ini juga mencatat bahwa pernapasan buatan melalui mulut boleh tidak dilakukan pada kekhawatiran terhadap orang asing dan kurangnya pelatihan formal. Sebenarnya, seluruh metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat aliran darah dan oksigen tetap bersirkulasi secepat mungkin.

Pada tahun 2008, AHA menyatakan bahwa penolong tak terlatih atau mereka yang tidak mau melakukan pernapasan buatan melalui mulut dapat melakukan kompresi dada hingga bantuan medis datang. Panduan terbaru (2010) dari AHA menyarankan kompresi dada terlebih dahulu baik bagi penolong terlatih maupun penolong tidak terlatih.

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PMI KABUPATEN SIDOARJO




Guna meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan kemampuan fasilitator PMR di masing – masing sekolah, PMI Kabupaten Sidoarjo mengadakan Pelatihan Pertolongan Pertama bagi fasilitator PMR, KSR dan TSR di lingkungan PMI Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8,9,22,23,30 dan 31 januari 2011, bertempat di Aula PMI kabupaten Sidoarjo dan dibuka secara resmi oleh sekretaris sekaligus Kepala Markas PMI Bpk. Drs. H. Aunur Rofiq.

Dalam sambutannya beliau berpesan agar selama kegiatan berlangsung para peserta diharapkan mampu menyerap semua materi dengan baik dan mempraktekkan dengan sungguh – sungguh supaya kelak ketika menjadi fasilitator di sekolah mampu memberikan contoh dengan baik dan sempurna mengingat ilmu Pertolongan Pertama bersifat universal yang artinya setiap saat dan setiap waktu berubah mengikuti perkembangan dunia kedokteran dan medis. Pesan bapak sekretaris sangatlah beralasan dikarenakan pelatihan ini bertujuan untuk menyebarluaskan revisi dan bedah buku pertolongan pertama yang baru,